Toleransi vs Tenggang Rasa

Toleransi dan tenggang rasa mempunyai arti yang mirip. Akan tetapi dalam penggunaannya timbul pergeseran arti, sehingga kurang lebih menjadi seperti berikut:

* Toleransi adalah cara kita menjaga perasaan kita terhadap perbuatan orang lain.
* Tenggang rasa adalah cara kita menjaga perasaan orang lain terhadap perbuatan kita.

Contoh:
          - Orang yang toleransinya tinggi biasanya adalah orang yang pemaaf.
          - Orang yang tenggang rasanya tinggi biasanya selalu berhati-hati dalam tindakannya.



Toleransi:                     01
                                                           Fanatik                      Normal                       Permisif

Tenggang rasa:             01
                                                           Cuek                         Normal                       Paranoid


* Tepa selira = Toleransi + Tenggang rasa
* Egois  Tenggang rasa < Toleransi
* Garis batas normal adalah yang berlaku di masyarakat terkait (kumpulan individu, bukan per individu).

Maka:


Dari gambar di atas terlihat bahwa bidang yang baik adalah segi empat di tengah, dimana seseorang mempunyai kadar toleransi dan tenggang rasa dalam batas-batas normal. Dan segitiga yang sebelah atas adalah lebih baik baik karena termasuk dalam normal tanpa egois, dimana tenggang rasa seseorang lebih besar dari toleransinya. Orang seperti ini biasanya tidak menimbulkan masalah dengan lingkungan sekitarnya.

Sedangkan segitiga normal sebelah bawah adalah normal egois. Orang atau kelompok yang berada di bidang ini cenderung melakukan tindakan-tindakan yang kurang bertenggang rasa dengan lingkungan sekitarnya. Dan karena masih berada dalam batas normal, biasanya mereka bersikeras membenarkan perbuatannya dengan dalih hak asasi manusia, atau bahwa yang mereka lakukan tidak bertentangan dengan hukum. Ini jelas tidak sesuai dengan jiwa Sila 2. Sayangnya, yang seperti ini semakin banyak saat ini, seiring dengan maraknya budaya cuek di masyarakat. Contoh: berpakaian yang tidak pantas di lingkungan yang agamis, atau mendirikan rumah ibadah di tengah lingkungan agama lain.

Para provokator biasanya mempraktekkan ilmu aksi-reaksinya di ujung batas area normal egois ini. Mereka melakukan aksi provokasi dengan perhitungan bahwa pasti akan timbul reaksi dari pihak yang terprovokasi, dimana reaksi tersebut akan berada di luar area normal. Dengan demikian pihak yang bereaksi inilah yang nanti akan dipersalahkan. Maka jelas tindakan para provokator ini adalah termasuk tindakan kriminal, biarpun masih berada di area normal.

Dan yang harus diwaspadai adalah yang berada di bidang CFE karena kemungkinan besar disinilah berada bibit-bibit terorisme.

Pancasila sila 2

* 1 komentar:

Farah HIjab mengatakan...

Tolong dong kalo bikin artikel lagi, backgroundnya jangan bergambar, soalnya tulisannya ga keliatan dengan jelas. Terima kasih

*
TOLERANSI VS TENGGANG RASA
Toleransi dan tenggang rasa mempunyai arti yang mirip. Akan tetapi dalam penggunaannya timbul pergeseran arti, sehingga kurang lebih menjadi seperti berikut: Toleransi adalah cara kita menjaga perasaan kita terhadap perbuatan orang lain. Tenggang rasa adalah cara kita menjaga perasaan orang lain terhadap perbuatan kita.



MENJAGA TRANSPARANSI DAN KOMUNIKASI
Menjaga transparansi dan komunikasi adalah penting sekali untuk mencegah dan mengantisipasi hal-hal yang bisa merugikan antara dua belah pihak.
Baca selengkapnya >>

Hikmat dan Kebijaksanaan mempunyai arti yang hampir sama, Hikmat lebih ke arah ketinggian level batin, sedangkan Bijaksana lebih ke arah ketinggian level berpikir. Hikmat dapat diartikan sebagai wawasan dan kemampuan untuk menalar jauh ke depan melampaui alam kehidupan di dunia saja. Orang yang berhikmat memandang kehidupan dunia adalah satu kesatuan dengan kehidupan di akhirat kelak. Mereka memahami betul hakekat dari baik dan buruk, sehingga mereka tidak akan mengeksploitasi kehidupan dunia tanpa memikirkan akibatnya kelak di akhirat.

Bijaksana adalah wawasan dan kemampuan untuk berpikir jauh ke depan di dunia ini. Orang yang bijaksana mampu menganalisa akibat suatu tindakan, manfaat dan mudharatnya bagi orang lain (bangsa, masyarakat) maupun bagi diri mereka sendiri, tidak hanya jangka pendek, tetapi juga jangka menengah, dan jangka panjang bahkan sesudah mereka tidak hidup di dunia ini lagi.

Dengan kata lain para pemimpin, termasuk didalamnya adalah para wakil rakyat, haruslah orang-orang yang bermoral, berilmu pengetahuan tinggi, dan punya wawasan intelektual yang lengkap. Para pemimpin dan wakil rakyat harus orang-orang pilihan yang terbaik dari yang diwakilinya. Mereka harus memiliki Hikmat Kebijaksanaan yang lebih unggul dari yang diwakili.

Pada dasarnya, seluruh nilai-nilai luhur yang dikandung Pancasila adalah termasuk di dalam Hikmat Kebijaksanaan ini. Nilai-nilai luhur itu adalah: nilai-nilai luhur agama di Sila 1, nilai-nilai luhur kemanusiaan di Sila 2, nilai-nilai pentingnya persatuan di Sila 3, nilai-nilai keutamaan dari demokrasi kerakyatan di Sila 4, dan pemahaman tentang keadilan sosial sebagai tujuan akhir dan pedoman arah bagi sila-sila sebelumnya di Sila 5.