Apakah ini bukan tugas Negara untuk mengurusinya?

Sekarang ini banyak sekali pengemis, gelandangan, dan orang gila yang berkeliaran di jalan-jalan bahkan sampai masuk ke perumahan-perumahan, dan juga orang miskin dan orang tua yang terlantar. Kalau mereka tidak bisa mengurus diri mereka sendiri, dan masyarakat juga tidak bisa mengurusi, apakah ini bukan tugas Negara untuk mengurusinya?

Sekarang ini banyak sekali terjadi tindakan pelecehan terhadap wanita, bahkan banyak lelaki yang sampai hati menjual kekasihnya sendiri. Sungguh memilukan dan merisaukan. Kalau mereka tidak bisa mengurus diri mereka sendiri, dan masyarakat juga tidak bisa mengurusi, apakah ini bukan tugas Negara untuk mengurusinya?

Sekarang ini banyak sekali penjual makanan yang curang. Bukan hanya curang, tetapi banyak yang sudah masuk kategori jahat, bahkan biadab. Meracuni orang lain demi sedikit uang. Benar-benar sudah kehilangan hati nurani. Masyarakat, terutama anak-anak penerus bangsa ini, banyak yang menjadi korban. Kalau mereka tidak bisa mengurus diri mereka sendiri, dan masyarakat juga tidak bisa mengurusi, apakah ini bukan tugas Negara untuk mengurusinya?

Dan masih banyak masalah-masalah lain di negara ini yang banyak menimbulkan korban di antara warga negaranya. Kalau mereka tidak bisa mengurus diri mereka sendiri, dan masyarakat juga tidak bisa mengurusi, apakah ini bukan tugas Negara untuk mengurusinya?

Apakah mereka tidak perlu diurusi?
Apakah mereka tidak penting untuk diurusi?
Apakah itu bukan urusan Negara?
Bukan termasuk tanggung jawab Negara?
Apakah Negara ini terlalu besar untuk mengurusi hal-hal yang (dianggap) sesepele itu?
Atau benarkah Negara tidak mampu mengurusi mereka?
Atau hanya tidak peduli karena sibuk mengurusi diri sendiri?

Paling tidak, Negara seharusnya bisa mengeluarkan peraturan yang tegas untuk mengurusi permasalahan warga negaranya. Memberikan hukuman yang berat untuk memberi efek jera kepada para penjahat sampah masyarakat. Melindungi warga negaranya sebagaimana seharusnya.
...

Artikel terkait: Produk Negara

* 0 komentar:

*
TOLERANSI VS TENGGANG RASA
Toleransi dan tenggang rasa mempunyai arti yang mirip. Akan tetapi dalam penggunaannya timbul pergeseran arti, sehingga kurang lebih menjadi seperti berikut: Toleransi adalah cara kita menjaga perasaan kita terhadap perbuatan orang lain. Tenggang rasa adalah cara kita menjaga perasaan orang lain terhadap perbuatan kita.



MENJAGA TRANSPARANSI DAN KOMUNIKASI
Menjaga transparansi dan komunikasi adalah penting sekali untuk mencegah dan mengantisipasi hal-hal yang bisa merugikan antara dua belah pihak.
Baca selengkapnya >>

Hikmat dan Kebijaksanaan mempunyai arti yang hampir sama, Hikmat lebih ke arah ketinggian level batin, sedangkan Bijaksana lebih ke arah ketinggian level berpikir. Hikmat dapat diartikan sebagai wawasan dan kemampuan untuk menalar jauh ke depan melampaui alam kehidupan di dunia saja. Orang yang berhikmat memandang kehidupan dunia adalah satu kesatuan dengan kehidupan di akhirat kelak. Mereka memahami betul hakekat dari baik dan buruk, sehingga mereka tidak akan mengeksploitasi kehidupan dunia tanpa memikirkan akibatnya kelak di akhirat.

Bijaksana adalah wawasan dan kemampuan untuk berpikir jauh ke depan di dunia ini. Orang yang bijaksana mampu menganalisa akibat suatu tindakan, manfaat dan mudharatnya bagi orang lain (bangsa, masyarakat) maupun bagi diri mereka sendiri, tidak hanya jangka pendek, tetapi juga jangka menengah, dan jangka panjang bahkan sesudah mereka tidak hidup di dunia ini lagi.

Dengan kata lain para pemimpin, termasuk didalamnya adalah para wakil rakyat, haruslah orang-orang yang bermoral, berilmu pengetahuan tinggi, dan punya wawasan intelektual yang lengkap. Para pemimpin dan wakil rakyat harus orang-orang pilihan yang terbaik dari yang diwakilinya. Mereka harus memiliki Hikmat Kebijaksanaan yang lebih unggul dari yang diwakili.

Pada dasarnya, seluruh nilai-nilai luhur yang dikandung Pancasila adalah termasuk di dalam Hikmat Kebijaksanaan ini. Nilai-nilai luhur itu adalah: nilai-nilai luhur agama di Sila 1, nilai-nilai luhur kemanusiaan di Sila 2, nilai-nilai pentingnya persatuan di Sila 3, nilai-nilai keutamaan dari demokrasi kerakyatan di Sila 4, dan pemahaman tentang keadilan sosial sebagai tujuan akhir dan pedoman arah bagi sila-sila sebelumnya di Sila 5.