Pelajaran Budi Pekerti

Membungkuk dalam untuk menghormati orang lain adalah budaya bangsa Jepang dan Korea yang indah, dan perlu untuk terus dilestarikan. Bangsa Indonesiapun memiliki banyak budaya luhur dan adat kebiasaan yang indah, yang sayangnya, sedikit demi sedikit mulai terkikis terlupakan. Maka diperlukan dihidupkan lagi pelajaran Budi Pekerti, yang diajarkan sejak dini kepada anak-anak. Agar kelak jika besar mereka akan menjadi manusia Indonesia yang berbudaya dan santun, yang dapat mengharumkan nama bangsa dan negara.

Sebagai contoh adalah kebiasaan membuang sampah dan ludah sembarang, yang banyak dilakukan manusia Indonesia saat ini. Tidak ada pelajaran agama yang secara spesifik dan detail membahas masalah ini. Ini karena cakupan area agama yang sangat luas dan dalam. Maka diperlukan pelajaran Budi Pekerti yang khusus membahas hal-hal seperti itu. Agama dan pelajaran Budi Pekerti bukanlah substitusi, melainkan complementary atau saling melengkapi.

Pancasila sila 2
---------------------------------------------------------------------
Sub Artikel:

  1. Meninggikan Diri Sendiri
  2. Uang Dan Kehormatan

---------------------------------------------------------------------

* 0 komentar:

*
TOLERANSI VS TENGGANG RASA
Toleransi dan tenggang rasa mempunyai arti yang mirip. Akan tetapi dalam penggunaannya timbul pergeseran arti, sehingga kurang lebih menjadi seperti berikut: Toleransi adalah cara kita menjaga perasaan kita terhadap perbuatan orang lain. Tenggang rasa adalah cara kita menjaga perasaan orang lain terhadap perbuatan kita.



MENJAGA TRANSPARANSI DAN KOMUNIKASI
Menjaga transparansi dan komunikasi adalah penting sekali untuk mencegah dan mengantisipasi hal-hal yang bisa merugikan antara dua belah pihak.
Baca selengkapnya >>

Hikmat dan Kebijaksanaan mempunyai arti yang hampir sama, Hikmat lebih ke arah ketinggian level batin, sedangkan Bijaksana lebih ke arah ketinggian level berpikir. Hikmat dapat diartikan sebagai wawasan dan kemampuan untuk menalar jauh ke depan melampaui alam kehidupan di dunia saja. Orang yang berhikmat memandang kehidupan dunia adalah satu kesatuan dengan kehidupan di akhirat kelak. Mereka memahami betul hakekat dari baik dan buruk, sehingga mereka tidak akan mengeksploitasi kehidupan dunia tanpa memikirkan akibatnya kelak di akhirat.

Bijaksana adalah wawasan dan kemampuan untuk berpikir jauh ke depan di dunia ini. Orang yang bijaksana mampu menganalisa akibat suatu tindakan, manfaat dan mudharatnya bagi orang lain (bangsa, masyarakat) maupun bagi diri mereka sendiri, tidak hanya jangka pendek, tetapi juga jangka menengah, dan jangka panjang bahkan sesudah mereka tidak hidup di dunia ini lagi.

Dengan kata lain para pemimpin, termasuk didalamnya adalah para wakil rakyat, haruslah orang-orang yang bermoral, berilmu pengetahuan tinggi, dan punya wawasan intelektual yang lengkap. Para pemimpin dan wakil rakyat harus orang-orang pilihan yang terbaik dari yang diwakilinya. Mereka harus memiliki Hikmat Kebijaksanaan yang lebih unggul dari yang diwakili.

Pada dasarnya, seluruh nilai-nilai luhur yang dikandung Pancasila adalah termasuk di dalam Hikmat Kebijaksanaan ini. Nilai-nilai luhur itu adalah: nilai-nilai luhur agama di Sila 1, nilai-nilai luhur kemanusiaan di Sila 2, nilai-nilai pentingnya persatuan di Sila 3, nilai-nilai keutamaan dari demokrasi kerakyatan di Sila 4, dan pemahaman tentang keadilan sosial sebagai tujuan akhir dan pedoman arah bagi sila-sila sebelumnya di Sila 5.