Tabrak Lari

Tabrak lari adalah salah satu perbuatan yang amat sangat tidak bertanggung jawab. Banyak alasan untuk pembenaran sikap ini. Takut dihakimi masyarakat, atau dipersulit aparat. Memang terkadang hal tersebut terjadi. Dan ini juga salah satu bentuk sikap tidak bertanggung jawab yang lain. Masyarakat yang kurang bertanggung jawab terhadap perbuatannya, atau aparat yang kurang bertanggung jawab terhadap tugasnya. Apapun alasannya tabrak lari tetaplah sikap yang sangat tidak bertanggung jawab.  Tidak sedikit korban yang seharusnya masih tertolong menjadi tidak terselamatkan lagi. Hanya karena tidak mau repot, orang lain menjadi korbannya. Tidak takut dengan balasan berlipat yang kelak akan diterima.

Biasanya sikap tidak bertanggung jawab ini sudah ada benih-benih sebelumnya, atau bahkan sudah sering dilakukan sebelumnya. Contohnya: Mengantuk tetapi masih memaksakan mengendarai, atau ugal-ugalan tidak menghargai hak orang lain di jalan, ngebut, dan seterusnya. Oleh karena itu pelaku tabrak lari harus dihukum berat, agar tidak menjadi kebiasaan dan menjadi pelajaran bagi yang lain.

Hal lain yang harus diantisipasi adalah timbulnya anggapan yang salah, bahwa orang bisa melarikan diri dari kesalahan yang telah diperbuatnya. Jika hal ini dibiarkan, maka bisa memberikan justifikasi pergeseran moral pada orang-orang yang mempunyai kecenderungan ke arah negatif. Orang-orang yang bangga karena bisa melanggar hukum dan peraturan. Orang-orang yang bangga dengan kekerasan, kekasaran, bahkan kejahatan. Atau bahkan orang-orang yang senang mengatakan: "jangankan cari yang halal, yang haram saja susah". Sesuatu yang awalnya dianggap bergurau, tetapi bisa benar-benar menjadi kenyataan.

Pancasila sila 1

* 0 komentar:

*
TOLERANSI VS TENGGANG RASA
Toleransi dan tenggang rasa mempunyai arti yang mirip. Akan tetapi dalam penggunaannya timbul pergeseran arti, sehingga kurang lebih menjadi seperti berikut: Toleransi adalah cara kita menjaga perasaan kita terhadap perbuatan orang lain. Tenggang rasa adalah cara kita menjaga perasaan orang lain terhadap perbuatan kita.



MENJAGA TRANSPARANSI DAN KOMUNIKASI
Menjaga transparansi dan komunikasi adalah penting sekali untuk mencegah dan mengantisipasi hal-hal yang bisa merugikan antara dua belah pihak.
Baca selengkapnya >>

Hikmat dan Kebijaksanaan mempunyai arti yang hampir sama, Hikmat lebih ke arah ketinggian level batin, sedangkan Bijaksana lebih ke arah ketinggian level berpikir. Hikmat dapat diartikan sebagai wawasan dan kemampuan untuk menalar jauh ke depan melampaui alam kehidupan di dunia saja. Orang yang berhikmat memandang kehidupan dunia adalah satu kesatuan dengan kehidupan di akhirat kelak. Mereka memahami betul hakekat dari baik dan buruk, sehingga mereka tidak akan mengeksploitasi kehidupan dunia tanpa memikirkan akibatnya kelak di akhirat.

Bijaksana adalah wawasan dan kemampuan untuk berpikir jauh ke depan di dunia ini. Orang yang bijaksana mampu menganalisa akibat suatu tindakan, manfaat dan mudharatnya bagi orang lain (bangsa, masyarakat) maupun bagi diri mereka sendiri, tidak hanya jangka pendek, tetapi juga jangka menengah, dan jangka panjang bahkan sesudah mereka tidak hidup di dunia ini lagi.

Dengan kata lain para pemimpin, termasuk didalamnya adalah para wakil rakyat, haruslah orang-orang yang bermoral, berilmu pengetahuan tinggi, dan punya wawasan intelektual yang lengkap. Para pemimpin dan wakil rakyat harus orang-orang pilihan yang terbaik dari yang diwakilinya. Mereka harus memiliki Hikmat Kebijaksanaan yang lebih unggul dari yang diwakili.

Pada dasarnya, seluruh nilai-nilai luhur yang dikandung Pancasila adalah termasuk di dalam Hikmat Kebijaksanaan ini. Nilai-nilai luhur itu adalah: nilai-nilai luhur agama di Sila 1, nilai-nilai luhur kemanusiaan di Sila 2, nilai-nilai pentingnya persatuan di Sila 3, nilai-nilai keutamaan dari demokrasi kerakyatan di Sila 4, dan pemahaman tentang keadilan sosial sebagai tujuan akhir dan pedoman arah bagi sila-sila sebelumnya di Sila 5.