Sinergi

Sinergi berasal dari kata synergy: describes a combination whose value is greater than the sum of the separate individual parts (TermWiki), atau menjelaskan kombinasi yang nilainya lebih besar daripada jumlah bagian-bagian individu yang terpisah. Stephen R. Covey dalam bukunya Principles Centered Leadership (1993) mengatakan bahwa sinergi adalah bahwa yang dikerjakan bersama lebih baik hasilnya daripada dikerjakan sendiri-sendiri, selain itu gabungan beberapa unsur akan menghasilkan suatu produk yang lebih unggul.

"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh"
Ada satu kata yang mungkin bisa meringkas peribahasa tersebut: sinergi. Peribahasa ini menggambarkan hubungan antara sinergi dengan kekuatan dari persatuan. Bahwa satu lidi mudah dipatahkan, tetapi seikat lidi jauh lebih sulit untuk dipatahkan.

Secara ringkas matematis, sinergi adalah 1 + 1 = 3 atau lebih. Persatuan yang semakin kuat, akan memberikan efek sinergi yang semakin besar. Dengan efek sinergi yang besar, maka sebesar apapun permasalahan atau pekerjaan, akan menjadi jauh lebih mudah untuk diselesaikan. Sinergi adalah salah satu tujuan dan manfaat utama dari persatuan.

Hal di atas sangat disadari oleh bangsa ini sejak dahulu kala, dan diwujudkan dalam bentuk gotong royong. Dengan kata lain, gotong royong adalah bentuk dari kesadaran bersinergi bangsa ini. Budaya luhur sinergi gotong royong ini haruslah terus dijaga dan dipelihara dengan cara-cara yang kreatif, agar tidak menjadi kegiatan yang membosankan dan bersifat seremonial belaka.

Heterogenitas bangsa Indonesia yang sangat tinggi adalah variabel yang sangat krusial di dalam sinergi. Di satu sisi, heterogenitas dapat menimbulkan efek saling mengisi yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan efek sinergi. Akan tetapi di lain sisi, jika heterogenitas ini diperlakukan dengan salah, maka justru dapat menghambat efek positif dari sinergi. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dapat menimbulkan perpecahan bangsa ini harus diantisipasi dan dicegah dengan cara-cara yang bijaksana, agar tidak malah memperuncing masalah dan meninggalkan ekses negatif di kemudian hari.

Hal lain yang harus disadari dan diwaspadai adalah sinergi negatif. Sinergi negatif bisa diartikan sebagai: 1 +1 < 2. Banyak hal penyebab dari sinergi negatif, antara lain adalah:
  • Tindakan parasitisme: Tidak ikut bekerja, tapi ingin ikut mendapat jasa.
  • Ketidak kompetenan: Tidak mempunyai kemampuan yang memadai untuk melakukan suatu pekerjaan atau untuk tergabung dalam suatu tim. Ini akan mengganggu, bahkan menghambat kinerja dari suatu tim. Hal ini sering terjadi dalam lingkungan yang sangat kental KKN-nya.
  • Ketidak cocokan antar anggota: Ini akan banyak menimbulkan gesekan/friksi di dalam tim. Menimbulkan efek persaingan yang tidak sehat, bahkan bisa mengarah ke tindakan sabotase.
  • Kurangnya pemahaman profesionalisme: Bekerja dalam tim harusnya meningkatkan efisien dan efektifitas kerja. Dalam prakteknya, banyak yang malah membuang waktunya dengan bercanda dengan teman, atau melakukan kegiatan-kegiatan lain yang sama sekali tidak berkaitan dengan pekerjaan.
Meningkatkan pemahaman profesionalisme adalah salah satu cara untuk mencegah sinergi negatif. Bahwa kesuksesan tim berpengaruh terhadap kesuksesan pribadi. Bahwa tujuan bersama lebih penting dari pada tujuan pribadi. Bahwa kepentingan negara adalah di atas kepentingan pribadi, atau partai, atau apapun lainnya.

Agar efek sinergi bangsa ini tetap terjaga, maka budaya gotong royong dan rasa persatuan harus selalu dikuatkan. Pemahaman sinergi yang baik dapat menjadi modal yang kuat bagi bangsa ini untuk ikut berkiprah di dunia internasional, berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia. Selain sebagai sumbangsih bangsa ini kepada dunia, peran aktif tersebut bisa menjadi motivasi bagi bangsa ini untuk lebih memperkuat kerukunan dan persatuan di dalam negeri sendiri.

Pancasila sila 3

* 0 komentar:

*
TOLERANSI VS TENGGANG RASA
Toleransi dan tenggang rasa mempunyai arti yang mirip. Akan tetapi dalam penggunaannya timbul pergeseran arti, sehingga kurang lebih menjadi seperti berikut: Toleransi adalah cara kita menjaga perasaan kita terhadap perbuatan orang lain. Tenggang rasa adalah cara kita menjaga perasaan orang lain terhadap perbuatan kita.



MENJAGA TRANSPARANSI DAN KOMUNIKASI
Menjaga transparansi dan komunikasi adalah penting sekali untuk mencegah dan mengantisipasi hal-hal yang bisa merugikan antara dua belah pihak.
Baca selengkapnya >>

Hikmat dan Kebijaksanaan mempunyai arti yang hampir sama, Hikmat lebih ke arah ketinggian level batin, sedangkan Bijaksana lebih ke arah ketinggian level berpikir. Hikmat dapat diartikan sebagai wawasan dan kemampuan untuk menalar jauh ke depan melampaui alam kehidupan di dunia saja. Orang yang berhikmat memandang kehidupan dunia adalah satu kesatuan dengan kehidupan di akhirat kelak. Mereka memahami betul hakekat dari baik dan buruk, sehingga mereka tidak akan mengeksploitasi kehidupan dunia tanpa memikirkan akibatnya kelak di akhirat.

Bijaksana adalah wawasan dan kemampuan untuk berpikir jauh ke depan di dunia ini. Orang yang bijaksana mampu menganalisa akibat suatu tindakan, manfaat dan mudharatnya bagi orang lain (bangsa, masyarakat) maupun bagi diri mereka sendiri, tidak hanya jangka pendek, tetapi juga jangka menengah, dan jangka panjang bahkan sesudah mereka tidak hidup di dunia ini lagi.

Dengan kata lain para pemimpin, termasuk didalamnya adalah para wakil rakyat, haruslah orang-orang yang bermoral, berilmu pengetahuan tinggi, dan punya wawasan intelektual yang lengkap. Para pemimpin dan wakil rakyat harus orang-orang pilihan yang terbaik dari yang diwakilinya. Mereka harus memiliki Hikmat Kebijaksanaan yang lebih unggul dari yang diwakili.

Pada dasarnya, seluruh nilai-nilai luhur yang dikandung Pancasila adalah termasuk di dalam Hikmat Kebijaksanaan ini. Nilai-nilai luhur itu adalah: nilai-nilai luhur agama di Sila 1, nilai-nilai luhur kemanusiaan di Sila 2, nilai-nilai pentingnya persatuan di Sila 3, nilai-nilai keutamaan dari demokrasi kerakyatan di Sila 4, dan pemahaman tentang keadilan sosial sebagai tujuan akhir dan pedoman arah bagi sila-sila sebelumnya di Sila 5.