Adalah hal yang umum di jaman dahulu, masyarakat dibagi menjadi kasta-kasta. Dan para pemuka agama ditempatkan di kasta tertinggi. Di dalam sistem ini para pemuka agama dijamin kehidupannya oleh negara atau kerajaan pada saat itu. Keterikatan antara para pemuka agama dan penguasa negara adalah sangat tinggi.
Selanjutnya ada jaman dimana beberapa pemuka agama melepaskan diri dari segala keterikatan. Mereka menyibukkan diri dengan kegiatan agama, dan hanya menerima persembahan makanan sekali saja sehari, dari umatnya atau orang yang memohon didoakan. Beberapa dari mereka juga bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Akhirnya datanglah jaman dimana para pemuka agamanya, Rasulullah beserta para sahabatnya, justru mengorbankan semua harta benda, bahkan jiwa raganya untuk syiar agama. Kebiasaan ini dilanjutkan oleh para penerus mereka, para tabi'in, tabi'ut tabi'in, waliullah, dan para ulama di masa lalu. Mereka bekerja di siang hari, beribadah di malam hari, dan melakukan syiar agama tanpa henti. Mereka tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga menyumbangkan harta, tenaga, dan fikiran untuk masyarakat dimanapun mereka melakukan syiar.
Di jaman sekarang, dengan kondisi yang sangat heterogen dan kompleks ini, perilaku dari para pemuka agama sangatlah beragam. Beberapa dari mereka ada yang masih memegang teguh kebiasaan para ulama di masa lalu. Mengikuti perkembangan jaman, tak jarang pula terdengar beberapa ahli agama menerapkan profesionalisme dalam syiar agamanya, tentu saja dengan seribu satu alasannya. Bahkan selentingan kabar menyebutkan angka yang fantastis bagi ahli agama yang berlevel selebritis. Wallahualam.
Pada akhirnya, semua dikembalikan kepada pribadi masing-masing. Niat baik atau buruk hanya Tuhan dan pribadi masing-masing yang tahu, dan semua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Sebagai mana yang tersirat di asbabun nuzul, syiar kepada satu orang yang membutuhkan, sehina apapun orang itu, adalah jauh lebih baik daripada syiar kepada banyak orang yang kurang membutuhkan, semulia apapun orang-orang itu.
Dan hidayah dari Tuhan adalah tak ternilai harganya dibandingkan dengan segala harta dunia.
Peran para pemuka agama sangatlah penting dalam mensukseskan Sila 1 Pancasila. Merekalah yang bertanggung jawab terhadap moral agama dari para umatnya. Terlepas dari kehendak Tuhan, maka baik buruk dari bangsa ini sangat terkait dengan baik buruk dari para pemuka agamanya.
Pancasila sila 1
Intermezzo: Kosong Terisi
* 0 komentar:
Posting Komentar